26 November 2010

Dunia oh Dunia


Dunia akan berakhir dan akhirat itu destinasi yang pasti.Bagaimanakah kita menggunakan dunia untuk mendapatkan ganjaran-ganjaran akhirat?

Sesungguhnya dunia ini hanya sekadar persinggahan untuk satu perjalanan yang masih jauh dan penuh berliku bagi yang tiada bekalan.Dan amatlah bertuah bagi yang menyediakan bekalan yang mencukupi.

Sabda nabi

"Bagiku berada di dunia ini ibarat seorang yang berjalan di tengah panas lalu singgah sebentar di bawah sepohon kayu yang rendang,selepas beristirehat seketika untuk menghilangkan penat,beredarlah dia meninggalkan pohon rendang itu dan meneruskan perjalanan."

berkata ulama'

"Bermula dunia itu terlebih sedikit daripada yang sedikit.Bagi orang yang asyik dengan dunia(yang sia-sia) jadi terlebih hina dari benda yang hina(anjing & babi)."


Itulah dunia di sisi para ulama'

Orang yang kaya.....akan meninggal dunia juga

Orang yang megah.....akan meninggal dunia juga

Orang miskin......akan meninggal dunia juga

Orang yang tawaduk.....akan meninggal dunia juga


Sementara masih di beri kesempatan ini.Gunalah se-optimumnya sisa-sisa hidup untuk mendekatkan diri kepada Allah,mengenaliNya,mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya.

Dunia hanyalah tempat ujian.Jalanilah ujian itu dengan terbaik.4flat di sisi Allah!!!

weeeeeee~


Al fatihah buat datuk saudara saya yang meninggal pagi tadi.semoga roh beliau dicucuri rahmat.(Bagusnya mati pagi jumaat)

23 November 2010

Allah Saya Sangat Baik


Kita tidak akan sekali dapat menjangka

apakah yang Al-Hakim aturkan buat kita

bijaksanaNya melampaui ilmu yang ada

lantas acuan siapakah yang lebih baik daripada milikNya


Adakala kita tidak suka

adakala kita tersangat gembira

aturanNya bukan pilihan kita

di hujungnya ada redha

dan pada redha itu ada bahagia yang tiada tandingnya


siapakah yang mendidik diri berbaik sangka

kepada Allah yang memahami diri memlebihi kita

Disuruh usaha sudah berusaha

selesai sudah tanggungjawab hamba

maka mengapa tidak kita tunduk pada ketentuanNya?


Apa guna raungan bila gagal?

Apa guna riya’ bila berjaya?

Apa guna kecewa bila tidak mendapat yang dikehendaki kita?

Ini semua yang Allah susun untuk kita

Apakah kamu menyangka

kamu jurutera takdir yang lebih mengetahui segala?


Apa yang Allah susun untuk kita

sentiasa terbaik dan membawa bahagia

hatta dugaan dan tribulasi

semuanya untuk kebaikan kita hamba yang bernama manusia

siapakah yang mendalami

siapakah yang meneliti

sungguh manusia adalah hamba yang merugi


~Hilal Asyraf~

0638PM

011110

Dalam bilik, Irbid, Jordan

Bila Rindu

Puisi Apa yang Allah Susun Untuk Kita




http://ms.langitilahi.com/gambarapa-yang-allah-susun-untuk-kita/




Kita sering berdoa


“ Ya Allah, berikanlah yang terbaik untukku….”


Tetapi terkadang manusia lupa, terkadang yang dirasakan terbaik untuk diri kita adalah yang terburuk untuk kita menurut pandangan Allah.

“………….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui…” (QS: 216)

Sebaliknya, berdoalah…”Ya Allah, berikanlah yang terbaik untukku dari sisimu, yang Engkau rasakan terbaik untukku…”.

Terkadang juga manusia itu lupa, bahawa yang dilaluinya dan diterimanya itulah yang diminta daripada Allah. Kita terkadang sering lupa, yang datang itulah yang terbaik untuk kita. Tanpa kita pinta, sesuatu ujian yang amat berat datang menjengah untuk mewarnai kehidupan dan menguji kesabaran kita.

Suatu ujian yang dirasakan berat untuk dipikul dan terasa hilang kesabaran menghadapinya. Ujian yang kita tidak minta tetapi ia datang. Sedangkan kita lupa, bahawa ujian itulah yang kita minta daripada Allah, sesuatu yang ‘terbaik’ untuk kita. Ibrah yang ‘terbaik’ untuk kita…untuk menjadikan kita yang ‘terbaik’ di pandangan Allah.

Begitulah, setiap sesuatu yang ‘terbaik’ itu, amat tinggi nilainya di mata Allah, tiap sesuatu yang ‘terbaik’ itu juga amat tinggi pengorbanannya pada Allah, tinggal pada diri kita, adakah kita sanggup untuk menghadapinya untuk mendapatkan yang terbaik itu serta sentiasa berbaik sangka kepada Allah atau sebaliknya……

Janganlah kita menjadi hamba yang kufur akan nikmat-Nya, hanya kerana belum diberi apa yang diinginkan. Yakinlah, Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Lihatlah sisi positifnya dari setiap keadaan kita.



sumber

http://hatiperantau.wordpress.com/2009/06/05/allah-pasti-memberi-yang-terbaik/


Kadangkala, Allah berikan kepada kita, apa yang kita tidak layak untuknya.

Bukan untuk kita merasa terseksa dan terpaksa. Lemah dan rasa tidak berdaya.

Tetapi Allah mahu kita naik, pada tahap yang dikehendakiNya, sehingga layak untuk kita apa yang telah diberikanNya-hilal asyraf

Indahnya Bersilaturrahim


Alhamdulillah hari ini pergi menemani adik ada ujian lisan untuk memasuki sekolah Maahad Muhammadi Lelaki.Semoga dia diterima masuk belajar di situ seperti abang dia yang ini.huhu

Banyak perubahan yang telah berlaku di sekolah lama tu.Dari segi colour,kemudahan dan banyak lagi.Tapi yang frust tadi sebab tak dapat makan "nasi paprik kak zan" tender kantin situ sebab sekarang ini dah musim cuti sekolah.

Teringat zaman-zaman ketika belajar situ.Dari tingkatan satu hingga tingkatan lima walaupun lepas PMR ada dapat tawaran pergi MARA tapi abah tak bagi.Lama tu kan?hoho.Banyak juga la kenangan manis dan tidak dilupakan kenangan pahit(kene buli time form 1 dan kena penampar cikgu sebab bising kot)wink2.

Tapi tadi yang terharu ada baca lebih kurang ayat dalam banner "sesunguhnya aku di sini untuk menuntut ilmu kerana Allah".Insyaallah saya akan betul niat balik selepas cuti semester ini.Azam baru untuk semester baru akan datang.

Malamnya pergi rumah kak izyan walaupun dia sekarang berada di mesir sedang belajar sana.Ingat juga keluarga diorang dengan saya ni.Indahnya bersilaturrahim ini.Salah satu tip panjang umur kan?weee

Di sana bertemu dengan pelajar-pelajar yang belajar di Yaman kerana abang kepada kak izyan ni belajar di Yaman dan sedang bercuti sekarang.Best2.Dengar la juga cerita-cerita dengan diorang.Kat sana yuran pengajian tak ada.Semoga satu hari nanti dapat juga saya menjejakkan kaki dan belajar agama dengan ulama-ulama besar di sana.amin

Part paling best dapat ijazah selawat untuk memperkuatkan ingatan dan selawat nabi khaidir dari Tok Guru Saleh@ustaz leh pondok pasir tumbuh.Semoga istiqamah dapat mengamalkannya.

Ini ada ayat membicarakan tentang silaturrahim

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat ibn sabil…” (Q.S. an-Nisa`: 36)

Diriwatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshari. Bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Saw:

“Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku sebuah amal perbuatan yang bisa memasukkan aku kesurga?” Nabi bersabda: “Hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, melaksanakan shalat, membayar zakat, dan menyambung silaturrahim.” (H.R. Muttafaqun alaihi)

Silaturrahim membawa keberkahan dalam rezeki dan umur seseorang yang suka menyambungnya. Ibnu Umar r.a berkata: “Barang siapa yang bertaqwa kepada Tuhannya dan menyambung silaturrahim, akan dipanjangkan umurnya, diperluas rezekinya, dan dicintai oleh keluarganya.” (H.R. Bukhari)

Orang yang suka menyambung silaturrahim akan mendapatkan keberkahan dalam rezeki dan bertambah umurnya. Rahmat Allah akan senantiasa tercurah kepadanya di dunia dan di akhirat. Ia akan dicintai oleh manusia dan dihormati. Sebaliknya, orang yang suka memutuskan tali silaturrahim akan mendapatkan kesengsaraan, bencana, dan kebencian dari Allah dan manusia. Di akhirat nanti, ia akan dijauhkan dari surga.

Cukuplah bagi orang yang memutuskan tali silaturrahim merasakan kesengsaraan dan bencana apabila mendengar sabda Rasulullah Saw: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturrahim.” (H.R. Muttafaqun alaihi)

Rahmat Allah tidak akan tercurahkan kepada sebuah kaum yang di dalamnya ada orang yang suka memutuskan tali silaturrahim. Seperti disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitabnya Syu`abu al-Iman: “Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan dicurahkan pada sebuah kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan tali silaturrahim”

Oleh karena itu, Abu Hurairah r.a, tidak mau berdo`a disebuah tempat yang didalamnya ada orang yang memutuskan tali silaturrahim. Karena akan menjadi penghalang turunnya rahmat dan dikabulkannya do`a. Abu Hurairah berkata di sebuah tempat pada malam jumat: “Saya dengan paksa menyuruh orang yang memutuskan tali silaturrahim untuk meninggalkan kami.”

Tidak seorangpun berdiri sampai beliau mengatakan itu tiga kali. Setelah itu, ada seorang pemuda datang pada bibinya yang sudah dua tahun tidak pernah dikunjungi. Bibinya berkata kepadanya:

“Wahai pemuda, apa yang membawa kamu kesini?” Ia berkata: “ Saya mendengar Abu Hurairah r.a berkata begini-begini.” Bibinya berkata, “saya mendengar Rasulullah Saw, bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan anak adam itu diperlihatkan kepada Allah setiap malam jumat, dan amal perbuatan orang yang memutuskan tali silaturrahim tidak diterima oleh Allah.” (H.R. Bukhari)

Seorang muslim memiliki perasaan halus dan senantisa mencari keridhaan Tuhan dan keselamatan diakhirat. Ia akan tergugah hatinya apabila mengetahui bahwa memutuskan silaturrahim akan menutupi turunnya rahmat, doa tidak dikabulkan, dan menggagalkan pahala sebuah pekerjaan. Sungguh suatu bencana besar bagi orang yang berdoa kemudian tidak dikabulkan. Beramal tetapi tidak diterima disisi Allah. Dan, mengharap rahmat Tuhan tapi rahmat itu menjauhinya.

Bersilaturrahim lah ye.teeeeheee.Bila la leh dapat bersilaturrahim ke Republik Czech atau Mesir.hoho.semoga bermanfaat




22 November 2010

Apa yang ditunjukkan pada kisah keluarga ini?


salam satu malaysia.weee.Datangnya bulan zulhijjah ini semua membicarakan tentang pengorbanan dan ingin berkorban.Saya telah membaca satu artikel menarik untuk dikongsi

untuk lebih lanjut sila tengok website ini

http://ms.langitilahi.com/perkongsian-menjejak-keluarga-ibrahim/


Pengorbanan. Mengorbankan apa yang diri kita sayangi, untuk mentaati perintah Allah SWT. Itu yang saya hendak fokuskan dalam kisah keluarga Ibrahim. Mari kita lihat dengan lebih teliti, agar kita lebih merasai.

Pengorbanan pertama: Nabi Ibrahim meninggalkan isteri dan anaknya di tanah gersang. Siapakah yang senang dengan keadaan demikian? Sebagai manusia, Nabi Ibrahim juga berat melakukannya. Namun itu adalah perintah Allah SWT, maka Nabi Ibrahim mengorbankan perasaannya, kepentinganya, kesenangannya, kerana yakin bahawa, tiadalah daripada perintah Allah SWT itu satu yang sia-sia.

Pengorbanan kedua: Nabi Ibrahim sanggup merentas padang pasir daripada Palestin ke Makkah, satu perjalanan yang jauh, untuk menyembelih anaknya. Sekiranya kita lihat semula, apakah itu? Bersusah payah merentas padang pasir panas, yang jauh, yang sukar, semata-mata untuk menyembelih anak sendiri? Tetapi Nabi Ibrahim melaksanakannya. Padang pasir yang panas, perjalanan yang jauh, menjadi kecil padanya dalam mentaati Allah SWT. Kerana keyakinan bahawa, tiadalah daripada mentaati Allah itu, selain kebaikan sahaja.

Pengorbanan ketiga: Melihat di sisi Ismail AS pula, anak itu tidak berdalih langsung semasa dinyatakan berkenaan penyembelihannya. Bahkan dia taat, dan menyuruh Ibrahim AS mentaatinya. Mengapa? Mengapa begitu sekali gaya Ismail AS? Hingga sanggup mengorbankan diri sendiri? Kerana itu adalah perintah Allah SWT. Kerana keyakinan bahawa Allah tidak akan mengarahkan sesuatu yang sia-sia, maka dia sanggup mengorbankan dirinya untuk mentaati Allah SWT.

Pengorbanan keempat: Satu watak yang tersembunyi dalam kisah ini adalah Hajar. Adakah Ismail AS itu, terbentuk taat begitu sahaja secara tiba-tiba? Tidak. Pastinya ada didikan yang membentuk Ismail menjadi sedemikian rupa. Itulah dia didikan tangan seorang Hajar. Bayangkan, Hajar, seorang isteri yang ditinggalkan di tanah gersang, dan dialah yang membesarkan Ismail. Namun, dia tidak membesarkan Ismail menjadi seorang yang membenci bapanya, bahkan membesarkan Ismail menjadi orang yang amat taat kepada Allah SWT. Ini menandakan Hajar rela dengan segala apa yang dilakukan Ibrahim AS. Kerana apa? Kerana Hajar tahu, bahawa Ibrahim AS mentaati Allah SWT. Dan Hajar mengetahui bahawa, mentaati Allah SWT tidaka akn emmberikan apa-apa melainkan kemuliaan.

Pengorbanan kelima: Ibrahim AS benar-benar menyembelih Ismail AS. Dan Ismail AS tidak menunjukkan pelarian di situ. Mereka benar-benar melaksanakannya. Bahkan bersungguh-sungguh dalam mentaati perintah Allah SWT yang satu itu. Mengenepikan segala kepentingan diri, kesenangan hati dan kehendak peribadi. Semuanya untuk mentaati Allah SWT. Mereka melaksanakannya, semampu diri mereka. Bersungguh-sungguh.

Lima pengorbanan ini, kita perhatikan semula.

Semua ini didirikan atas apa?

Atas satu perkara. Ketaatan kepada Allah SWT.

Bagaimanakah kita boleh taat kepada Allah SWT?

Dengan keimanan kepadaNya.

Kekuatan untuk mampu berkorban hakikatnya, bergantung kepada keimanan kita kepada Allah SWT. Keimanan kita kepada Allah SWT itulah yang memprodus kekuatan untu mengangkat perintahNya menjadi sesuatu yang besar dalam kehidupan kita melebihi kepentingan diri kita sendiri..

Inilah yang Allah mahu kita lihat, dan Aidiladha itu bukan semata-mata perayaan.

Tetapi ia seakan-akan satu peringatan tahunan.

“Apakah kamu wahai hamba-hambaKu, sudah bersedia untuk mengorbankan hawa nafsumu?”

Apa yang kita telah korbankan untuk Allah, untuk Islam?

Satu soalan mudah. Bagaimana kita menjawabnya?

Apa yang kita telah korbankan untuk Allah, untuk Islam dalam kehidupan kita ini?

Apabila bertemu perintah Allah dengan tuntutan hawa nafsu kita, yang mana satukah kita korbankan?

Apabila datang perintah Allah SWT, dengan kepentingan peribadi kita, yang mana satukah yang kita utamakan?

Bila datang perintah Allah SWT, dengan perintah selain daripada Allah SWT, yang mana satukah akan kita taatkan?

Kita perhatikan kembali kehidupan kita. Kita perhatikan kembali rutin kita.

Apa?

Aidiladha semakin hampir. Dan kamu lihatlah apa yang telah kamu korbankan?

Penutup: Yang berkorban itu, Allah bayar

Mengambil ‘ending’ kisah Keluarga Ibrahim tadi, Allah membayar segala pengorbanan keluarga itu dengan kemuliaan dan darjat yang tinggi tidak terhingga. Allah membalas ketaatan hamba-hambaNya, dan bukan membiarkan mereka begitu sahaja.

Di sini, ia merupakan satu motivasi buat kita, bahawa mengorbankan kepentingan diri dalam mentaati Allah SWT itu bukanlah sia-sia.

Panas sedikit, rimas sedikit pakai tudung, bukan sia-sia.

Nampak kuno sikit, berpakaian kemas dan tidak koyak-koyak, dedah-dedah, bukan sia-sia.

Korban masa sikit, untuk buat amal kebaikan dan amal bermanfaat, bukan sia-sia.

Buat baik pada orang, walaupun orang tak baik pada kita, bukan sia-sia.

Korban wang, sedekah pada yang memerlukan, bukan sia-sia.

Mereka yang mengorbankan nyawa, dalam menegakkan agama Allah SWT, bukan sia-sia.

Itulah keimanan kita.

Kita belajar daripada keluarga Ibrahim AS.

Namun siapakah yang memerhatikan?

Dan yang memerhati, siapakah yang mempraktiskannya?

Aidiladha semakin hampir.

Apakah tahap kesediaan berkorban untuk Allah kita?