27 June 2009
Kematian Itu Pasti
Alhamdulillah dengan limpah kurnianya dapat juga kita menyedut udara segar di masa ini dan tidak dilupakan nikmat yang terbesar iaitu nikmat IMAN dan ISLAM yang manusia lain tidak merasainya.Kebelakangan ini kita diselubungi ketakutan berhubung virus epidemik H1N1.Bagi area Petaling Jaya tempat ana belajar sudah ada kes berkaitan penyakit ini yang menyebabkan ramai yang menemui ajal di seantero dunia.Virus ini punca utama dari BABI.
Baru-baru ini ana telah mengalami selesema dan batuk yang teruk menyebabkan semua perancangan tergendala.Di samping itu semasa masuk makmal kimia buat pertama kali ana telah melecur di tangan disebabkan kecuaian memegang 'crucible' yang panas.Terlalu banyak benda yang tidak bernasib malang berlaku dalam minggu ini.Mungkin ini adalah cara Allah untuk menghapuskan dosa hambanya.
Topik yang panas sekarang adalah berhubung kematian raja pop terkenal Michael Jackson.Peminatnya di seluruh dunia tentunya bersedih mengetahui berita ini.Namun di sebalik kematiannya ada kesangsian yang lain berhubung status agama anutan beliau.Tapi yang pasti adalah beliau menganut agama islam mengikut kenyataan abang beliau dan akan dikebumikan mengikut cara islam.Jika berita ini benar alhamdulillah.Semoga roh beliau dicucuri rahmat.Pengampunan Allah itu luas dan Allah akan memberi hidayah kepada sesiapa yang dia kehendaki.Marilah kita berdoa agar kita tergolong dalam pilihanNya.Amin
Kehidupan tidak pasti namun Kematian itu pasti
Kematian itu pasti, Adanya. Ia ibarat “pintu”, setiap orang pasti akan memasukinya. Ia juga laksana “gelas”, setiap yang bernyawa pasti akan ‘mencicipinya’. Hakikat ini telah dinyatakan di dalam Kitabullah, “Tiap-tiap jiwa (yang bernyawa) akan merasakan kematian.” (Qs. Ali ‘Imrân [3]: 185).
Ya, kematian itu pasti datang. Ia bak pencuri: datang tanpa kaki dan mengambil nyawa manusia tanpa tangan. Dan, ia datang tidak pernah ‘ketuk pintu’ dan mengucapkan salam. Dia datang tiba-tiba. Namun, dia pasti datang.
Imam ‘Ali karramallâhu wajhah pernah bertutur tentang hakikat kematian ini. “Jika hari kematianku telah tiba, bagaimana aku bisa lari dari kematian itu, hari dimana telah ditakdirkan untuk tidak bisa atau bisa. Hari yang ditakdirkan itu tidak aku takuti, karena yang telah ditakdirkan mati, tidaklah selamat dari kepastiannya.” Itulah kematian.
Tidak Ada Tempat Lari…
Tidak seorangpun mampu melarikan diri dari kematian. Bahkan, kematian itu yang akan menemui kita, kapan dan dimanapun. “Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa kematian yang kalian lari daripadanya, dia akan menemui kalian…” (Qs. Al-Jumu‘ah [62]: 8). Kita pun tidak dapat bersembunyi darinya: “Di mana saja kalian berada, kematian itu akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian bersembunyi di balik benteng yang sangat tinggi lagi kukuh…” (Qs. Al-Nisâ’ [4]: 78).
Pesan ‘Ali ibn Abi Thalib…
Kematian bukan untuk ditakuti. Karena takut atau tidak takut, kematian akan datang. Yang penting adalah persiapan untuk menghadapi waktu datangnya kematian. Maka, ada dua hal penting berkenaan dengan kematian ini:
[1] Banyak mengingatnya. Jangan lalai dalam hal ini. Kematian harus memiliki file spesial dalam qalbu kita. “Perbanyklah mengingat kematian, sebab seorang hamba yang banyak mengingatnya, maka Allah akan menghidupkan hatinya dan akan menghilangkan baginya rasa sakit kematian itu.” (HR. Al-Dailami);
[2] Bersiap-siap dalam menyambutnya. Kita harus mempersiapkan amal sebanyak-banyak untuk kematian. Al-Ashbu’ al-Hanzhali menceritakan bahwa menjelang kematiannya, Imam ‘Ali bersenandung lewat bait syair:
Bersiaplah menghadapi kematian
kerana kematian nescaya menjumpaimu
janganlah engkau takut akan kematian
saat itu telah berada di lembahmu
wallahua'lam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment