Harmalah ibn Zaid merempuh bulatan para sahabat yang sedang mengelilingi Rasulullah s.a.w. Ia datang tiba-tiba dengan segala beban kerisauan yang terlihat di wajahnya. Ia langsung menghampiri Rasulullah dan duduk betul-betul di hadapan beliau.
“Keimananku hanya bertumpu di sini wahai Rasul Allah.” Sambil berkata itu Harmalah mengarahkan telunjuknya ke lidahnya.“Sedangkan kemunafikan berakar di sini,” katanya kemudian, seraya menempelkan telapak tangannya ke dadanya. Ia lalu berkata lagi, “Hati ini, wahai Rasul Allah, tidak pernah mengingat Allah kecuali jarang-jarang. Bantulah aku hingga segera terbebas dari kerisauan yang terus membelengguku ini.”
Dengan lembut penuh empati Rasulullah s.a.w. menyemak dengan saksama keluhan dan pengaduan tamunya itu, namun beliau tetap tenang tanpa suara. Tak sepatah kata pun terucap dari mulut beliau yang mulia. Mungkin beliau ingin mendengarkan keluhan Harmalah ibn Zaid hingga tuntas, sebagai tanda orang itu benar-benar serius untuk bertaubat dari kemunafikan; dan ia benar-benar yakin bahwa beliaulah yang mampu memberinya rasa tentram. Ternyata Harmalah mengulangi sekali lagi keluhannya tersebut kepada Rasulullah s.a.w., dengan cara yang sama.
Kemudian Rasulullah s.a.w. —sambil memegang ujung lidah Harmalah— berkata dalam do’a:
“Duhai Tuhan Pemilik segala Sifat Maha Sempurna, anugerahkan dia lidah yang jujur, yang tiada berkata kecuali kebenaran; hati yang mampu menikmati kedermawanan-Mu dalam setiap kejadian, yang tiada berdetak kecuali dengan pujian kepada-Mu. Anugerahkanlah dia cinta kepadaku dan cinta kepada orang-orang yang mencintaiku. Dan jadikanlah semua persoalan hidupnya menuju kepada kebaikan.”
“Wahai Rasul Allah, aku memiliki teman-teman yang seluruhnya adalah munafik sepertiku. Aku selama ini diterima sebagai pemimpin mereka. Sudikah Anda jika kusebutkan tentang mereka satu per satu?” kata Harmalah kepada Rasulullah s.a.w.
“Tak perlu kamu melakukannya. Siapa saja di antara mereka yang datang kepadaku dengan penuh penyesalan, sebagaimana yang kamu lakukan ini, maka kami akan memintakan pengampunan dari Allah baginya,seperti yang sudah kami lakukan untuk kamu. Namun barangsiapa masih dalam kemunafikan, maka Allah jua yang paling berhak menyelesaikan persoalannya.”
Rasulullah s.a.w. merindukan kepulangan orang-orang yang berdosa tanpa perlu mencemarkan harga diri mereka.Jalan pulang itu gapailah dengan segera sementara masa masih ada kerana kelak kita akan berduka
1 comment:
good entry :)
ingatlah pesanan Rasulullah SAW.
Post a Comment